Jepang selama Perang Dunia I

Pasukan Jepang mendarat di dekat Tsingtao.
Bagian dari seri artikel mengenai
Sejarah Jepang
Periode
Paleolitiksebelum 14.000 SM
Jōmon14.000–300 SM
Yayoi300 SM – 250 M
Kofun250–538
Asuka538–710
Nara710–794
Heian794–1185
Kamakura1185–1333
Restorasi Kemmu1333–1336
Muromachi (Ashikaga)
  • Nanboku-chō
  • Sengoku
1336–1573
Azuchi–Momoyama
  • Perdagangan dengan Nanban
1568–1603
Edo (Tokugawa)
  • Sakoku
  • Persetujuan Kanagawa
  • Bakumatsu
1603–1868
1868–1912
Taishō
1912–1926
Shōwa 1926–1989
1989–2019
2019–sekarang
  • Istilah
  • Garis waktu
  • l
  • b
  • s


Jepang ikut serta dalam Perang Dunia I dari tahun 1914 sampai 1918 dalam aliansi Persetujuan Negara dan memegang peranan penting dalam mengamankan jalur laut di Pasifik Barat dan Samudra India terhadap Angkatan Laut Kekaisaran Jerman. Dari segi politik, Jepang mengambil kesempatan untuk memperluas ranah pengaruhnya di Tingkok, dan untuk mendapatkan pengakuan sebagai negara besar di pascaperang geopolitik.

Militer Jepang merampas harta milik Jerman di Pasifik dan Asia Timur, tetapi tidak ada mobilisasi besar dalam skala ekonomi.[1] Menteri Luar Negeri Katō Takaaki dan Perdana Menteri Ōkuma Shigenobu ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas pengaruh Jepang di Cina. Mereka bergabung dengan Sun Yat-sen (1866–1925), kemudian mengasingkan diri di Jepang, tetapi gagal.[2] Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, lembaga birokrasi otonom daerah, membuat keputusan sendiri untuk melakukan perluasan di Pasifik. Merebut wilayah Mikronesia Jerman utara pada garis khatulistiwa, dan memerintah pulau-pulau sampai tahun 1921. Operasi ini memberikan para Angkatan Laut alasan untuk menggandakan anggaran Angkatan Darat dan memperluas armada. Angkatan Laut kemudian memperoleh pengaruh politik yang signifikan atas urusan nasional dan internasional.[3]

Peristiwa 1914

Kapal pengangkut pesawat amfibi Jepang Wakamiya (1914)

Pada minggu pertama Perang Dunia I, Jepang diusulkan ke Inggris, untuk menjadi sekutunya sejak tahun 1902, dan Jepang akan memasuki perang jika hal itu bisa merebut wilayah Jerman Pasifik.[4] Pada tanggal 7 Agustus 1914, pemerintah Inggris secara resmi meminta bantuan Jepang untuk melenyapkan para perompak dari Angkatan Laut Kekaisaran Jerman di sekitaran perairan Cina. Jepang kemudian mengirimkan ultimatum kepada Jerman pada tanggal 14 Agustus 1914, dan tak ada jawaban; Jepang kemudian secara resmi menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 23 Agustus 1914. Sebagai Wina yang menolak untuk menarik kembali kapal Austro-Hungaria SMS Kaiserin Elisabeth dari Tsingtao, yang membuat Jepang menyatakan perang terhadap Austria-Hungaria, pada tanggal 25 Agustus 1914.[5]

Bacaan lanjutan

  • Dickinson, Frederick R. War and National Reinvention: Japan in the Great War, 1914-1919 (1999) 363pp
  • Saxon, Timothy D. "Anglo-Japanese Naval Cooperation, 1914–1918." Naval War College Review, 53, 1 (2000): 62–92.

Referensi

  1. ^ Frederick R. Dickinson, War and National Reinvention: Japan in the Great War, 1914-1919 (1999)
  2. ^ Albert A. Altman and Harold Z. Schiffrin, "Sun Yat-Sen and the Japanese, 1914-16," Modern Asian Studies, (July 1972) 6#4 pp 385-400
  3. ^ J.C. Schencking, "Bureaucratic Politics, Military Budgets and Japan's Southern Advance: The Imperial Navy’s Seizure of German Micronesia in the First World War," War in History, (July 1998) 5#3 pp 308-326
  4. ^ O'Neill, Robert (1993). "Churchill, Japan, and British Security in the Pacific 1904-1942". Dalam Blake, Robert B.; Louis, William Roger. Churchill. Oxford: Clarendon Press. hlm. 276. ISBN 0-19-820626-7. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
  5. ^ Mizokami, Kyle, "Japan’s baptism of fire: World War I put country on a collision course with West", The Japan Times, 27 July 2014